PEMUPUKAN
DI PASAR MATI
Bagaimana
Jika Pada Tanaman Kelapa Sawit Pupuk Diberikan di Bawah Tumpukan Pelepah/Pasar
Mati?
Selama
ini pemupukan pada tanaman kelapa sawit diberikan pada daerah piringan tanaman,
padahal dalam membersihkan gulma dari sekeliling batang kelapa sawit yang
disebut dengan piringan cukup memakan biaya. Pembuatan piringan dengan cara
membabat kandas gulma secara manual dapat berbiaya Rp.1000 - Rp.2000 /
piringan, sedangkan dengan menyemprotkan herbisida kontak dapat mencapai Rp.600
- Rp.1000. dan sering dikabarkan penggunaan herbisida dapat mengakibatkan
stressnya tanaman. Padahal jika ditinjau dari daerah yang akar
tersier/kuarter/rambut akar kelapa sawit yang paling banyak adalah di daerah
ujung kanopi daun, itu adalah berada di daerah bawah tumpukan pelepah pada
pasar mati. Di bawah tumpukan pelepah 99% bebas dari gulma, maka alasan apa
yang dapat menolak pendapat bahwa pemupukan yang paling baik diberikan di bawah
tumpukan pelepah tersebut dengan bantuan sebuah pipa untuk meluncurkan pupuk?
Mohon pendapat anda..
BUAH
SAWIT “BUNGA”
Pernahkah anda melihat buah sawit yang seperti ini?
Ini adalah gambar
dari buah sawit yang memiliki bentuk yang unik, karena setiap unit buahnya
seperti dikelilingi oleh 6 buah lainnya yang menyatu. Bentuk buah tersebut
adalah bersifat permanen, yaitu setiap buah yang ada akan berbentuk seperti
foto diatas.
KELAPA
SAWIT
Latar Belakang
Kelapa Sawit (Elaeis guinensis jacq) adalah salah
satu jenis tanaman dari famili palma
yang menghasilkan minyak nabati yang dapat dimakan (edible oil). Selain dari
kelapa sawit, minyak nabati juga dapat diperoleh dari tanaman kelapa, kacang
kedelai, bunga matahari, kacang tanah, dan lainnya. Dari sekian banyak tanaman
yang menghasilkan minyak dan lemak, kelapa sawit adalah tanaman yang
produktifitas menghasilkan minyak tertinggi, dimana tanaman kelapa hanya menghasilkan
sepertiga (700-1000 kg daging buah kelapa/ha) dari produksi kelapa sawit
(2000/3000 kg TBS/ha)
Buah
kelapa sawit seberat 45 kg/tandan
Minyak sawit digunakan sebagai bahan baku
minyak makan, margarin, sabun, kosmetik, industri baja, kawat, radio, kulit dan
industri farmasi. Minyak sawit dapat digunakan untuk begitu beragam
peruntukannya karena keuunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi
dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan
pelarut lainnya, mempunyai daya melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan
iritasi dalam bidang kosmetik
Kelapa sawit saat ini telah menjadi pionir dalam dunia pertanian di Indonesia,
hal itu dikarenakan telah terjadinya peningkatan harga TBS yang luar biasa,
yaitu mencapai Rp.1.550/kg TBS. Meskipun kenaikan harga TBS juga turut diikuti
oleh kenaikan harga input produksi seperti pupuk, tenaga kerja, pestisida dan
alsintan, tetapi secara total peningkatan harga TBS tetap memberikan tambahan
pendapatan yang sangat menguntungkan para pekebun.
BIOLOGI TANAMAN
KELAPA SAWIT
Tanaman penghasil minyak nabati terdapat 3 jenis, yaitu Elaeis guinensis jacq,
Elaeis oleifera atau Elaeis melanocca dan Elaeis odora atau Barcella odora
(Corley, 1976). Kelapa sawit yang banyak ditanam di Indonesia adalah berasal dari
Afrika.
Beberapa varietas kelapa sawit adalah: Dura, Pisifera, Tenera, Macro carya, dan
Dwikka wakka.
Penggolongan varietas berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah menurut
Hutgers dan Yampolski:
1. Varietas Macrocarya = type Congo
tebal tempurung 4-8 mm
daging buah 30-50 %
tempurung/buah 20-40 %
inti 10 %
2. Varietas Dura = type Deli
tebal tempurung 2-5 mm
daging buah 50-70 %
tempurung/buah 20-40 %
inti 10 %
3. Varietas Tenera =
type Lesobe
tebal tempurung 0,5-2,5 mm
daging buah 70-85 %
tempurung/buah 5-20 %
inti 8-10 %
pohon
kelapa sawit tenera
4. Varietas Pisifera
tebal tempurung +- 0 mm
daging buah 85-100 %
tempurung/buah +- 0 %
inti 0-5 %
pohon
kelapa sawit varietas pisifera
Penggolongan kelapa
sawit berdasakan warna buah menurut Vanderwejn
1. Nigrescens
Buahnya berwana hitam pada saat masih muda dan
berubah menjadi orange kehitam-hitaman pada saat buah matang.
Buah
sawit Nigrescens
2. Virescens
Buahnya berwana hijau pada saat masih muda dan berubah menjadi orange pada saat
buah matang.
Buah
sawit Virescens
3. Albescens
Buahnya berwana keputih-putihan pada saat masih muda
dan berubah menjadi kekuning-kuningan pada saat buah matang.
EKOLOGI
KELAPA SAWIT
Tanaman kelapa sawit dapat hidup dengan baik pada
daerah 15"LU-15"LS, yaitu dekat daerah edar garis katulistiwa.
Ketinggian lahan yang ideal adalah pada ketinggian 0-500 m dpl. Curah hujan
yang sesuai adalah 2.000-2.500 mm/tahun. Suhu optimum adalah 29-30"C.
Intensitas penyinaran adalah 5-7 jam/hari. Kelembaban yang ideal adalah 80-90%.
Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada jenis tanah Podsolik, Latosil,
Hidromorfik kelabu, Alluvial atau Regosol. Nilai pH optimum adalah 5-5,5.
Perkebunan kelapa sawit baik dibangun pada tanah yang gembur, subur, datar
(tidak lebih dari 15", berdrainase yang baik, dengan lapisan solum yang
dalam.
Perbanyakan Tanaman
Tanaman kelapa sawit dapat diperbanyak dengan dua cara, yaitu generatif dan
vegetatif buatan. Secara generatif, tanaman kelapa sawit diperbanyak dari biji
yang terdapat dalam butiran buah sawit, dan secar generatif buatan kelapa sawit
diperbanyak dengan cara kultur jaringan.
Produksi Benih
Benih kelapa sawit yang sering digunakan pada perkebunan kelapa sawit
adalah hasil persilangan dari varietas Dura Deli (betina) dengan varietas
Pisifera (jantan). Hasil persilangan dari varietas Dura dan Pisifera akan
menghasilkan anakan yang bervarietas Tenera. Kelapa sawit varietas Tenera
menjadi tujuan dari kegiatan persilangan karena kelebihan yang dimilikinya,
yaitu: daging buah lebih tebal, ukuran buah lebih besar, kandungan minyak lebih
tinggi, peluang kematangan buah yang sangat tinggi, dan berat buah cukup
tinggi.
Untuk kegiatan pembibitan, penyerbukan biasanya dillakukan secara manual, yaitu
dilakukan oleh manusia. Serbuk Sari dari bunga jantan (varietas Pisifera)
diambil dengan cara memotongnya atau menepuk-nepukkannya pada kantong plastik
agar tepung sari terkumpul dalam kantong plastik. Tepung sari (pollen) yang
telah didapatkan kemudian dicampur dengan talk murni dengan perbandingan 1:1.
Campuran tepung sari dan talk tersebut dimasukkan kedalam baby duster atau alat
lainnya yang dapat menghembuskan tepung ke bunga betina. Setelah tepung sari
ditaburkan/dihembuskan ke bunga betina (kepala putik) maka bunga betina
tersebut ditutup dengan kantong kertas / plastik agar bunga betina tidak
terkontaminasi dengan serbuk sari kelapa sawit tidak jelas asal usulnya yang
sangat banyak beterbangan di udara. Setelah penyerbukan terjadi maka bunga
betina akan matang setelah 6 bulan kemudian.
Perbanyakan kelapa sawit dengan cara penyilangan ternyata memiliki kelemahan
yang sangat nyata, yaitu hasil persilangan tidak 100% menjadi bibit yang
bervarietas tenera, umumnya tingkat keberhasilannya hanya dapat mencapai 75 %.
Bayangkan saja jika ada 1 juta bibit yang di produksi, maka akan ada 250.000
bibit yang bervarietas Dura, Pisifera atau abnormal. Jika biaya tanaman dari
benih sampai tanaman di tebang (25 tahun) (menurut perhitungan singkat penulis
mencapai Rp.156.000 / tanaman/25 tahun), maka berapa opportunity cost yang
terjadi?
Opportunity cost yang terjadi akibat
terjadinya penyimpangan varietas yang dihasilkan ternyata belumlah seberapa
jika tanaman dalam suatu kebun kelapa sawit bersifat super semua. Jika
dilakukan pengamatan di lapangan, maka kita akan selalu mendapati adanya pohon
yang bersifat super atau bersifat sangat buruk. Suatu pohon kelapa sawit yang
bersifat super dapat memiliki berat tandan mencapai 30-45 Kg/tandan yang
memenuhi setiap ketiak pelepahnya, meskipun umur tanaman masih 5-7 tahun.
sedangkan untuk tanaman yang berumur lebih dari 10 tahun bobot tandannya dapat
mencapai 40-60 Kg/tandan dengan buah yang menjejali setiap celah pelapah yang
ada. Kondisi pohon yang demikian tidaklah akibat pemupukan, kondisi tanah dan
perawatan yang habis-habisan, karena secara pengamatan visual pohon super
tersebut berada di tengah pohon-pohon lainnya yang kondisinya biasa saja
ataupun buruk.
Buah
sawit 40 kg/tandan
Oleh karena ternyata ada pohon sawit yang bersifat
super dalam hal bobot tandan, kuantitas tandan, rendemen minyak, ketahan
terhadap hama dan penyakit, ukuran pelepah, kekerasan pelepah, pertambahan
tinggi batang, toleransi terhadap jenis tanah, toleransi terhadap drainase yang
sangat buruk, toleransi terhadap pH tanah yang tidak sesuai, maka tentu saja
akan sangat diharapkan jika seluruh tanaman yang ada dalam suatu kebun adalah
sama persis dengan pohon super tersebut. Saat ini mungkin ada cara yang
memungkinkan hal tersebut dapat terjadi, yaitu dengan cara dilakukannya
perbanyakan secara vegetatif.
Perbanyakan secara vegetatif yang telah berhasil pada tanaman kelapa sawit adalah
dengan cara kultur jaringan. Sebagai sel induk dalam kultur jaringan dapat
digunakan dari sel akar (metode Inggris) dan sel daun (metode Perancis). Metode
kultur jaringan akan mampu menghasilkan bibit tanaman dengan sifat yang sama
dengan induknya dengan jumlah yang sangat banyak, hanya saja kelemahannya adalah
membutuhkan waktu yang cukup lama dalam hal replikasi sel dan pembesarannya.
Benih kelapa sawit tidak dapat diproduksi dan dipasarkan secara sembarangan,
tetapi harus mendapat sertifikasi dari pemerintah untuk menjamin mutu bibit
yang diproduksi dan keaslian varietas bibit. Saat ini pihak yang telah mendapat
izin resmi dari pemerintah adalah Perkebunan Marihat dan Socfindo.
LAND CLEARING /
PERSIAPAN LAHAN
Sebelum
tanaman kelapa sawit ditanam, maka hal utama dan sangat menentukan kesuksesahan
bisnis budidaya kelapa sawit adalah pada tahap land clearing. Suatu lahan kebun
yang baik adalah jika memiliki saluran drainase yang berfungsi dengan baik,
memiliki jalan yang kuat dan rata untuk kegiatan melangsir buah ataupun truk
pengangkutan, bersih dari tunggul-tunggul kayu yang mengganggu dalam bekerja,
bebas dari pohon-pohonan dan semak belukar, adanya akses jalan darat ke setiap
tanaman, bebas dari batu-batu besar yang mengganggu posisi penanaman dan
pekerjaan.
Pengerjaan land clearing dapat dilakukan secara mekanis dan manual. Secara
mekanis land clearing dikerjakan dengan alat-alat berat seperti Back Hoe,
Buldozer dan Grader. Secara manual land clearing dikerjakan oleh manusia dengan
peralatan sederhana berupa parang, kampak, gergaji, machine saw, cangkul,
tembilang, babat.
Jika ditinjau secara ekonomis, penggunaan cara mekanis ataupun manual harus
memperhatikan pada beberapa faktor, yaitu:
1.Jauhnya jarak tempuh untuk mendatangkan alat-alat berat
2.Luasnya lahan
3.Tingkat kesulitan pekerjaan
4.Tingkat standar upah buruh lokal
5.Ketersediaan buruh
6.Biaya sewa/harga beli alat berat
7.Kebijakan dan peratruran pemerintah
8.Harga BBM dan oli mesin traktor
9.Tingkat upah operator traktor
10.Produktifitas kerja traktor
11.Produktifitas tenaga kerja manusia
COVER CROP /
TANAMAN PENUTUP
Sebelum
bibit kelapa sawit ditanam di lahan, satu hal yang sangat penting ada adalah
tanaman penutup / cover srop, cover crop berfungsi untuk melindungi tanah dari
kikisan air hujan, menjaga tumbuhnya gulma-gulma yang tidak diinginkan, menjaga
ketersediaan unsur Nitrogen dalam tanah, mendinginkan tanah, sebagai tempat
yang baik untuk berbiaknya mikroba-mikroba pengurai dan penyubur tanah
BUDIDAYA TANAMAN KELAPA SAWIT
A. PEMBIBITAN
Pembibitan
sebaiknya dilaksanakn di dekat daerah penanaman, agar proses transport bibit ke
lubang tanam dapat diminimalkan sehingga kerusakan bibit juga semakin sedikit.
Bibit yang digunakan adalah berupa kecambah. Bibit kelapa sawit yang digunakan
sebaiknya berasal dari produsen benih yang telah terpercaya kualitas
tanamannya, contohnya bibit dari Marihat, Socfindo, Supergene (Malaysia), dan
bibit dari Australia.
Lahan untuk lokasi pembibitan adalah 10% dari luas lahan yang akan ditanami
oleh bibit tersebut. Lahan tersebut dipersiapkan bersamaan dengan proses land
clearing keseluruhan.
Kecambah ditanam di polibag ukuran 1 liter, pada umur umur 3bulan dipindahkan
ke polibag 3 liter, pada umur 6 bulan dipindahkan ke polibag 9 liter. Bibit
dapat dipingahkan ke lapangan saat berumur 9-12 bulan.
B. PENGAJIRAN
Pengajiran
dapat dilakukan dengan menggunakan tiang pancang sepanjang 1,5m yang
ditancapkan di titik yang telah detentukan untuk ditanami kelapa sawit. Jarak
tanam yang digunakan antara lain 8,5mx9m, 9mx9m, 10mx10m, ata 11mx11m. Sudut
antara satu baris dengan baris lainnya adalah 60 derajat, agar dapat dicapai
efisiensi lahan yang maksimal
C. TERASERING
Terasering adalah pembuatan dataran/teras untuk lahan yang bertopografi
miring. Terasering dapat dilakukan dengan cangkul ata menggunakan traktor.
D.
PENANAMAN COVER CROP
Penanaman cover crop sangat penting untk menekan
pertumbuhan gulma dan dapat meningkatkan bahan organik serta gas nitrogen dalam
tanah. Tanaman cover crop yang sering digunakan antara lain pueraria javanica,
centrosema pubescens
E. PENANAMAN TANAMAN KELAPA SAWIT
Tanaman kelapa sawit dapat ditanam setelah dilakukan pembuatan lubang danam
dengan ukuran 90x90x90cm.
F. PENANGANAN GULMA
Gulma dapat ditangani dengan melakukan pembabatan dengan babat tangan
ataupun mesin babat, dengan menggunakan herbisida, atapun menggunakan predator
alami seperti kambing, kerbau, sapi, dan rusa.
Jenis-jenis gulma antara lain sebagai berikut :
Gulma pakis raja
Gulma rumput bendera
Gulma pohon
gulma pohon di batang kelapa sawit
Gulma berbatang alot
PEMUPUKAN
Tanaman
kelapa sawit seringkali merupakan tanaman yang sangat tergantung pada pemupukan
untuk mencapai produksi yang tinggi, meskipun dapat ditemui kebun kelapa sawit
yang dapat mencapai produksi rata-rata 3 ton/ha/bulan meskipun tanpa diberi
pupuk sedikitpun. Secara logika, kebunkelapa sawit yang baik diharapkan dapat
berproduksi TBS sebanyak 3-5 ton/bulan, dengan rendemen minyak mencapai 21%,
maka produksi CPO adalah 6,3-10,5 ton/bulan, nilai kalori lemak adalah yang
paling tinggi di antara zat gizi lainnya, yaitu 9,4 kalori/mg asam lemak, maka
nilai energi yang dihasilkan dari satu hektar kebun sawit adalah luar biasa
besarnya. Energi tersebut dapat digunakan sebagai zat gizi, bahan bakar, atau
fungsi lainnya. Maka tidaklah wajar jika hasil produksi yang sedemikian besar
tersebut hanya kita harapkan dari sang tanaman kelapa sawit dan tanah yang
menyangganya tanpa ada sumbangsih dari kita yang menjadikannya sebagai "sapi
perah".
Tujuan umum dari pemupukan adalah memberikan zat hara yang dibutuhkan tanaman
dalam membangun jaringan akar, batang, daun dan buah.
Pada saat kelapa sawit berupa TBM (Tanaman Belum Menghasilkan), tujuan
pemupukan ada untuk menjadi bahan baku dan penolong dalam pembangunan tubuh
tanaman, sedangkan pada saat kelapa sawit berupa TM (Tanaman Menghasilkan),
tujuan pemupukan adalah agar tanaman kelapa sawit memproduksi buah dengan
optimal.
Berdasarkan banyaknya kuantitas yang dibutuhkan tanaman, pupuk dapat dibagi
atas 2 golongan, yaitu: pupuk makro dan pupuk mikro.
Pupuk makro adalah pupuk yang mengandung unsur makro (unsur yang dibutuhkan
tanaman dalam jumlah besar). Unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah
besar antara lain adalah :
Nitrogen (N), dapat diperoleh dari pupuk Urea (46% N), ZA ( %N)
Posphor (P), dapat diperoleh dari pupuk TSP (46% P), Rock Posphat ( % P)
Kalium (K), dapat diperoleh dari pupuk KCl (64% K)
Magnesium (Mg), dapat deperoleh dari pupuk Kieserit ( % Mg)
PANEN
Untuk
dapat berbunga, kelapa sawit membutuhkan waktu 2-3 tahun dari saat bibit
ditanam di lapangan. Masa produktif tanaman dapat berlangsung 40-50 tahun.
Pembentukan buah memerlukan waktu sekitar 6 bulan setelah terjadinya
penyerbukan (pollination). Pelaksanaan panen buah kelapa sawit tidak boleh
dilakukan secara sembarangan, karena kegiatan panen tersebut menentukan pada
produktifitas tanaman, rendemen minyak, mutu minyak, dan efisiensi biaya tenaga
kerja. Pelaksanaan panen harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1. Kriteria Matang Panen
Buah yang dapat dipanen haruslah buah yang daging buahnya telah berwarna
kemerah-merahan/orange, dimana ada jenis buah yang meskipun kulit luarnya telah
berwana kemerah-merahan tetapi ternyata daging buahnya belum matang (belum
berwarna kemerah-merahan). Adapun kriteria umum yang digunakan dalam menentukan
buah sawit yang layak panen adalah berdasakan pada jumlah berodolan yang telah
jatuh di piringan. Kriteria jumlah berondolan dalam menentukan buah layak panen
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel Kriteria Kematangan Buah Berdasarkan Jumlah
Berondolan
No
|
Umur
Tanaman (tahun)
|
Buah
Memberondol (butir)
|
1
|
Tanaman
muda (3,5-5 tahun)
|
2
|
2
|
Tanaman
sedang (5-10 tahun)
|
5-10
|
3
|
Tanaman
dewasa (>10 tahun)
|
15-20
|
2. Rotasi dan Sistem Panen
Yang dimaksud dengan rotasi panen adalah waktu yang
diperlukan antara suatu panen dengan panen berikutnya pada suatu area panen.
Rotasi panen yang baik adalah jika buah yang dipanen tidak kurang atau terlalu
matang. Rotasi panen yang sering dilakukan adalah tiap 7, 10 atau 14 hari
sekali.
3. Cara Pengambilan Buah
Cara pelaksanaan panen yang baik adalah salah satu syarat dalam menentukan
produktifitas dan efisiensi dari suatu usaha kebun kelapa sawit. Ada suatu sistem
dalam hal menjaga jumlah optimum daun pada pohon kelapa sawit, dan rumus dari
jumlah daun optimum tersebut sering disebut dengan sistem "Songgo
Dua", yaitu selalu ada dua unit pelepah daun yang menyangga buah sawit
pada posisi yang paling bawah. Oleh karena itu maka dalam mengambil buah tidak
boleh ikut memotong pelepah yang menyangganya, cara pengambilan buah tersebut
sering disebut dengan cara "curi buah/culik buah".
Alat yang baik digunakan dalam memanen buah sawit adalah Dodos (untuk buah yang
berada pada ketinggian <5>
HAL-HAL
TERPENTING DALAM BERBISNIS KEBUN KELAPA SAWIT SKALA KECIL (4-40 Ha)
- Angkat penjaga kebun dengan memenuhi syarat
mutlak, yaitu jujur, rajin, mau diatur, konsentrasinya tidak terpecah
selain dari bekerja di kebun.
- Buat dan beri sistem penggajian yang menarik
dan memotifasi untuk bekerja dengan tekun dan giat, misalnya adanya bonus
atas tercapai/terlampauinya target produksi.
- Upayakan agar dapat memelihara kambing di kebun
tersebut, karena dapat membantu mengendalikan rumput dan menjaga gairah
hidup penjaga kebun, karena kambing dapat juga berfungsi sebagai teman
jika bekerja dalam kesunyian kebun. Setiap hari raya penjaga kebun
tersebut mendapat setengah bagian dari anak kambing yang lahir sebagai
penarik agar tetap serius mengurus kambing tersebut.
DEFINISI
Dodos
: Dodos adalah alat memotong tandan buah kelapa sawit yang posisi buahnya
kurang dari 5m
Egrek
: Egrek adalah alat pemotong tangkai tandan sawit yang posisi buahnya
lebih tinggi dari 5m
Pasar Pikul
: Pasar pikul adalah jalan diantara pohon kelapa sawit dimana para
pemanen melewatinya saat panen. Pada pasar pikul ini tidak ada penghalang
apapun untuk dijalani, seperti pelepah sawit, batu, lubang, rumput yang tinggi,
dan lain sebagainya.
Culik buah/Curi Buah
: Culik buah adalah kegiatan memanen buah sawit tanpa memotong
pelepahnya, sehingga jumlah pelepah pohon sawit tidak berkurang dari jumlah
yang optimal
TBS
: TBS adalah singkatan dari tandan buah segar, yaitu buah sawit yang
telah matang dan telah dipotong dari pohonnya.
CPO
: CPO adalah singkatan dari Crde Palm Oil, yang berarti minyak sawit
mentah. Yaitu hasil pemerasan dari TBS yang dilakukan di pabrik kelapa sawit.
CPO ini belum diperuntukkan untuk dikonsumsi karena masih mengandung ampas dari
buah sawit, air, tanah, pasir, dan lainnya sehingga masih perl melewati proses
pemurnian.
PKO
: PKO adalah singkatan dari Palm Kernel Oil, yaitu minyak yang diperoleh
dari pemerasan inti yang terdapat pada biji kelapa sawit. Inti kelapa sawit
memilik bentuk dan rasa seperti daging buah kelapa, tetapi dengan tingkat
kekerasan yang lebih tinggi.
PKS
PKS adalah singkatan dari Pabrik
Kelapa Sawit, dimana TBS diolah agar menjadi CPO.